Desain Karakter
#Satu Dunia: Maya dan Realita
Satu Dunia: Maya dan realita
“Postingan di media sosial adalah kepingan kepribadian” (Niki W S)
Jika ditelusuri, hal tersebut sangat menarik untuk kita
diskusikan apalagi jika diteliti secara ilmiah. Ketika ilmuwan psikologi sedang
bersusah payahnya membuat alat ukur psikologi, misalnya untuk mengukur
kecenderungan sikap dan perilaku, agar alat ukur tersebut memberi hasil yang
sesuai diharapkan sangat banyak hal-hal perlu dikontrol atau diperhatikan,
seperti redaksi tulisan pernyataan yang tidak ambigu, bebas dari bias dan
banyak lagi, yang pastinya dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang mapan
untuk menghasilkan alat ukur sikap dan kepribadian. Lain halnya dengan status-status yang di update kemudian
dibagikan kepada khalayak ramai, banyak memberi informasi yang orisinil tentang
dirinya, pernyataan-pernyataan tentang keadaan dirinnya yang di share lewat media sosial tersebut
terkadang banyak yang merupakan pernyataan tanpa pertanyaan, artinya seseorang
tersebut memang benar-benar menyadari bahwa dirinya sedang merasakan keadaan
tersebut dan dibagikan kepada orang lain. Sehingga secara sederhana kita mampu
memperoleh berbagai informasi mengenai seseorang hanya lewat media sosial,
mulai dari kegemaran, ketertarikan, kecenderungan sikap, pola pikir dan pola
interaksi sosial. Meskipun demikian, perilaku di dunia nyata tidak dapat kita
abaikan, jadi untuk mendapat informasi yang lebih komplek kita mesti
menggabungkan antara perilaku dunia nyata dengan perilaku dunia maya, apakah
mendapatkan kecocokan ataupun saling bertolak belakang, sehingga kita mampu
mendapatkan sedikit gambaran mengenai seseorang.
Meskipun demikian bukannlah hal yang sederhana untuk memahami
perilaku manusia, keanekaragaman sifat dan kepribadian yang tak selalu
tercermin dalam perilaku yang dapat diamati, sering menjadi kekeliruan dan bias
dalam proses penilain atau memutuskan kepribadian seseorang.
Saran untuk pengguna media sosial:
1. Update lah status yang bermanfaat: nilai manfaat setiap orang akan
berbeda-beda, orang yang menyukai olahraga akan merasa bermanfaat ketika ia
membicarakan dunia olahraga, seseorang yang menyukai tentang kajian agama akan
merasakan manfaat ketika ia membicarakan tentang persoalan agama, enterpreneur akan merasakan manfaat
ketika ia menjadikan media sosial sebagai sarana pemasaran atau promosi produk
usahanya. jadi, gunakan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat.
2. Update lah status yang berkualitas: tidak ada
salahnya kita membagikan keadaan tentang diri kita, karena memang media sosial
adalah untuk berkomunikasi, tetapi sayangnya pengguna media sosial banyak yang kurang
menyadari bahwa ketika ia sering update status tentangnya dirinya, maka akan
semakin tampak kekurangan dan sifat-sifat negatifnya, misalnya update status
tentang kemarahan seseorang yang disampaikan dengan kurang cerdas, atau
kritikan dengan mengabaikan kesopanan.status seperti ini, terkadang singkat
tetapi menimbulkan pertanyaan yang besar, kepada siapakah menyesal, marah,
gusar? Dan terkadang status tersebut tidak mewakili dari sifat yang kita kenal
(jika pengguna adalah teman dekat), contoh statusnya:
“jika dia yang
susah kita selalu ada, tetapi pas aku yang susah dia menghilang”
“ah dasar
nyebelin”
Status seperti diatas
sebenarya tidak perlu dibagikan kepada khalayak ramai, perasaan jengkel seperti
diatas cukup disimpan di dalam hati, dan jika perlu silahkan di komunikasikan
secara langsung kepada orangnya akan lebih cerdas dibandingkan berbicara di
belakang orang tersebut.
Dr. Roby Muhammad (Dosen UI) menyatakan bahwa
komunikasi di dunia maya akan memberi memberi efek nyata. Sehingga perlu
dipahami ketika berkomunikasi di dunia maya, maka berdampak dan memiliki
kosekeunsi masing-masing di dunia nyata, jangan pernah menganggap bahwa efek
komunikasi di dunia maya hanya semu atau tidak memiliki dampak apa-apa di dunia
nyata, tetapi akan memiliki dampak nyata pada kehidupan sehari-hari.maka tak
heranjika ada pengguna media sosial yang terjerat UU ITE karena melanggar etika
di dunia maya.
Jika di
analogikan ketika seseorang sedang meng-update
status di media sosial adalah seperti seseorang yang berdiri di atas tempat
yang lebih tinggi dibandingkan orang lainnya, kemudian ia berteriak tentang
sesuatu sehingga semua atau sebagian orang memperhatikan apa yang ia
disampaikan, setiap orang yang memperhatikan akan memberi respon, ada yang
berkomentar secara langsung (berkomentar di media sosial), dan ada juga yang
berkomentar tidak langsung. Perlu di ingat ketika seseorang meng-update status di media sosial maka bisa
jadi orang lain yang mungkin tidak kita sadari akan membicarakan tentang kita. Oleh
karena itu, update lahstatus tentang
diri kita yang berkualitas, bermuatan
positif, optimis, inspiratif, motivasi diri, intropeksi, obsesi positif, kritik
sosial, humor dan banyak lagi.
3. Jadikan media sosial untuk melatih kepekaan sosial: kepekaan
terhadap permasalahan sosial dapat dilatih melalui penggunanaan media sosial, dengan
mengikuti perkembangan informasi terkini kita dapat mengamati
perkembangan-perkembangan isu yang ada, sehingga memungkinkan kita untuk
memberi opini berupa kritik dan saran solutif. Maka melalui media sosial kita
dapat memanfaatkan untuk melatih kemampuan nalar dalam mendiskusikan
permasalahan sosial tersebut.
bener banget tu bang. terkadang kita over control dalam menulis status. rasanya miris melihat banyak orang ber lebai ria di tengah-tengah media sementara sadar atau tidak sadar ia diawasi oleh jutaan orang yang mungkin bisa dijadikan alat untuk kemaksiatan. Miris juga ketika saya melihat status-status yang didalamnya mencurahkan kehidupan pribadi yang notabene tidak pantas untuk dijadikan konsumsi publik. I like Ur article :)
BalasHapusIf U have any time, please visit my blog as well " www.keongsmart.blogspot.com "
ok thank, insyaAllah akan saya kunjungi blog anda :)
Hapusboleh dishare gak? hhe
BalasHapussilahkan mbak :)
Hapus